Jumat, 07 Januari 2011

3-1=0??? Kenapa bisa begini???

Saya bukanlah seorang ahli matematika yang akan meruntuhkan teori perhitungan dasar mengenai pengurangan.
3-1=0 (baca : plus tiga minus satu sama dengan NOL)
Sebenarnya 3-1=0 merupakan filosofi yang saya dapatkan dari buku novel yang berjudul "Ketika Daun Bercerita" karya anak bangsa bernama Maradilla Syachridar. Saya sedikit tersentil oleh filosofi ini, karena secara tidak sadar hal seperti ini pastinya pernah dialami setiap orang. Karena penulisnya seorang wanita, mari kita lihat dari sudut pandang wanita, khususnya pada isi novel tersebut.*tidak bermaksud untuk membeda2kan gender*

Sebelum saya membahas mengenai apa sih maksud dari 3-1=0, mari sebelumnya kita beri apresiasi buat mbak Dilla (panggilan penulis novel tersebut). Buku "Ketika Daun Bercerita" (2008) ini sudah cukup banyak dibahas dibeberapa blog, seperti review yang dilakukan oleh Aveline Agrippina Tando yang bisa dibaca disini ataupun dari Sinta Nisfuanna. Hanya saja, sama seperti yang dikatakan oleh Aveline. terdapat suatu hal yang mengganjal saya, bahwa pada cerita novel tersebut, pohonlah yang bercerita, tidak ada daun yang bercerita, sehingga tidak adanya korelasi antara judul dengan isi, tapi untuk novel yang bersifat fiksi saya tidak bisa membatasi hal tersebut, namun mungkin jika ada kesempatan bertemu dengan penulisnya langsung, saya bisa menanyakan alasannya. DAUNNYA MANA? DAUNNYA MANA?... (mbak Dilla menjawab : terserah gw lah, gw yang nulis kok (-_-! )

Back to the topic... pada buku tersebut terdapat satu bab dengan judul "Sekitar Tentang Kehidupan disekitarku dan Kimi- Pergosipan 3-1=0". Pada bab ini, terdapat suatu percakapan antara dua orang wanita yang bersahabat bernama Mira dan Mondri. Mereka sedang membahas kisah percintaan antara Mondri dengan yang meng-gebet-nya (baca:seseorang yang sedang melakukan pendekatan), Mira menanyakan bagaimana kelanjutan hubungan antara sahabatnya dengan laki-laki tersebut, akan tetapi Mondri bisa dibilang sedikit kecewa, karena pandangannya terhadap laki-laki tersebut yang tadinya Top Abis menjadi ill feel (kalau di Indonesia biasa ditulis ilfil). Gambaran Top Abis yang dimaksud adalah sosok pria Tampan, Pintar, Baik. Lalu pertanyaannya kenapa bisa jadi ill-feel??? bukankah sangat egois dengan tiga kriteria tadi hanya dengan sedikit kekurangan hal tersebut bisa dimaklumi.

(Sumber : cartoonstock.com)
Setelah melalui tahapan-tahapan dimana Mira ingin mengetahui apa yang membuat Mondri jadi ill-feel  adalah ternyata laki-laki itu memiliki bau badan yang tidak sedap *iuuuuhhh*.  Jadi disini sangatlah jelas bahwa plus tiga minus satu adalah NOL. Masih saya ambil dari novel tersebut, penulis memaparkan bahwa "...sebenernya bagi sebagian orang, hal itu merupakan hal kecil. But sometimes you just see that there are 'big things behind small things'..." dalam kasus laki-laki ini "Big things behind smelly things?".

Lalu mengapa diawal paragraf saya menyingung sedikit mengenai sudut pandang wanita??? Karena saya lihat, penulis banyak menggunakan kata-kata FEEL. Biasanya seorang penulis itu menulis apa yang dilihat dan dirasakannya, seperti kalimat berikut "If you feel that you don't like the guy, then you don't like the guy, if you feel that you like the guy, it has to be easier, because you like the guy" (jadi buat para laki-laki, kalau wanita yang anda idam-idamkan sudah ill-feel dengan anda sebaiknya anda bercermin kembali dan memperbaiki diri). Tidak bermaksud stereotype, because woman always use they feelling instead their logical think. Jika ada yang tidak setuju, tidak apa-apa karena ini hanya opini saja.

Telah kita lewati tahapan 3-1=0, mungkin tidak hanya itu perhitungan yang berlangsung dalam kehidupan ini, bisa saja 5-1=-10 dengan berbagai macam variabel lainnya seperti anda seseorang yang memiliki attitude negatif, skeptis, ataupun hal lainnya. tulisan saya mengenai attitude bisa dilihat pada tulisan saya sebelumnya, yaitu "Positive Attitude Vs Negative Attitude (Lesson Learned for Life)".

Ok, semoga kita semua tidak terjebak atau mengalami kesalahan yang sama hanya karena minus one yang akan mengubah pandangan orang lain terhadap anda, atau jika ternyata anda orang yang cuek alias tidak akan peduli karena itu diri anda dan anda tidak merasa perlu mengubahnya, ya itu adalah hak anda.

Salam,
Bambang Warsuta

Selasa, 04 Januari 2011

Positive Attitude Vs Negative Attitude (Lesson Learned for Life)


Tulisan saya kali ini terinspirasi oleh Dosen saya sewaktu kuliah pascasarjana di MTI-UI  dimana beliau juga yang menjadi pembimbing Karya Akhir (Tesis) mengenai Strategic Planning for Information System, yaitu Pa Riri Satria. Di dalam tulisan Jendela – Blog Riri Satria mengenai MENGAPA ORANG GAGAL DALAM PEKERJAANNYA?, beliau mengambil beberapa kesimpulan dari buku Jeffrey Gitomer’s Little Gold Book of YES!Attitude. 
  1. Berdasarkan data statistik dari beberapa negara yang melakukan penelitian, bahwa persentase mengapa orang banyak yang gagal dalam pekerjaannya disebabkan beberapa hal berikut :
    • 20% improper training, poor job skills.
    • 15% poor verbal and written communications skills.
    • 15% poor or problematic boss or management.
    • 50% negative attitude.
  2. Cara berkomunikasi yang efektif di dalam lingkungan pekerjaan, mempengaruhi kesuksesan anda. Berikut ini beberapa faktor penting dalam berkomunikasi :
    • 30% your ability to listen.
    • 20% your ability to respond.
    • 50% your attitude. <-- hampir separuh dari kesuksesan anda ditentukan oleh attitude anda
Dari kedua poin diatas, dapat kita lihat bahwa sumber kegagalan tersebut sebagian besar berada pada masalah ATTITUDE. Mengapa attitude???? Sampai seorang motivational speaker seperti Jeff Keller berkata "Attitude is your window to the world" (attitude adalah jendela Anda terhadap Dunia). Jendela tersebut harus kita pertanggung jawabkan, apakah akan kita kotori (negative attitude) atau tetap kita jaga bersih (positive attitude). Anda sendiri yang menentukan.

Darmadi Darmawangsa dan Imam Munadhi dalam buku mereka Fight Like A Tiger Win Like A Champion membahas secara detail mengenai attitude ini. Lalu apa yang dimaksud dengan  Positive Attitude dan Negative Attitude??? Pada buku motivasi tersebut diilustrasikan melalui beberapa pernyataan.

Mereka dengan attitude negatif berfikir, "Saya tidak bisa"
Mereka dengan attitude positif berfikir, "Saya pasti bisa"

Mereka dengan attitude negatif berkata, "Mungkin ada jalan keluar, tetapi terlalu sulit"
Mereka dengan attitude positif berkata, "Hal ini mungkin sulit, tetapi pasti ada jalan keluar"

Mereka dengan attitude negatif selalu pasrah dengan keadaan, sementara
Mereka dengan attitude positif selalu mengambil tindakan

Mereka dengan attitude negatif selalu melihat keterbatasan-keterbatasan, sedangkan
Mereka dengan attitude positif selalu melihat kemungkinan-kemungkinan.

(Sumber : boldexec.com)
Dari beberapa pernyataan diatas, dapat kita lihat perbedaan antara Positive Attitude dengan Negative Attitude. Maka bagaimanakah dengan cara berfikir, cara berkata, atau pandangan hidup anda saat ini??? Profesor Psikologi terapan dari Harvard University, William James menyatakan "Penemuan terbesar dalam generasi saya adalah kesimpulan bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan cara mengubah cara pikirnya". Ataupun jika menurut sudut pandang  Islam,"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." [Q.S. ar-Ra'd 13:11].

Jadi, apakah anda seorang lulusan S1, S2, S3, atau bahkan anda seorang Profesor sekalipun, jika  Jendela Anda dikotori dengan Attitude negatif, maka bersiaplah untuk menemui kegagalan demi kegagalan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki Predikat sekolah SD, yang mencapai puncak kesuksesannya diusia muda karena memiliki Attitude Positif.

Dalam pengertian sebenarnya, Attitude tidaklah hanya berlaku untuk lingkungan pekerjaan saja tapi juga berpengaruh terhadap kesuksesan dalam lingkungan yang lebih sederhana, yaitu keluarga, pasangan, ataupun teman dan sahabat. Semoga bermanfaat dan menjadi Lesson Learned bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.

Salam,
Bambang Warsuta