Kamis, 17 November 2011

Stop Worrying

KHAWATIR, CEMAS, RESAH, RISAU,  biasanya muncul ketika kita sedang menghadapi suatu masalah, entah itu masalah kecil atau besar. Jika rasa khawatir ini dibiarkan terus tentunya tidaklah baik ketika kita dituntut untuk dapat fokus dan produktif untuk menghadapi masalah tersebut.

Sebagai contoh, ketika siswa akan menghadapi ujian, pasti di dalam diri mereka terdapat kekhawatiran, seperti :
  1. Khawatir tidak dapat mengerjakan soal atau lupa akan apa yang sudah dipelajari
  2. Khawatir nilai ujian jelek
  3. Khawatir tidak didekat temen yang cerdas supaya bisa memberikan jawaban, biasanya disebut dengan "Posisi Menentukan Prestasi"
  4. Khawatir tidak lulus.
  5. dan berbagai kekhawatiran lainnya.
atau ketika sedang berdiskusi ataupun rapat bagi yang sudah bekerja terdapat beberapa kekhawatiran, seperti: 
  1. Khawatir mengungkapkan ide atau pendapat karena khawatir ditolak atau bahkan dicerca
  2. Khawatir salah dalam berkata-kata sehingga menimbulkan salah paham
  3. Khawatir menimbulkan konflik.
Dari berbagai macam kekhawatiran itu, hal tersebut hanya akan menimbulkan diri kita menjadi tidak fokus dan menyebabkan apa yang kita khawatirkan terjadi.

Pelajar bukannya belajar dengan fokus dan berlatih tahap demi tahap, kan tetapi malah fokus untuk cari posisi terbaik dan membuat cara untuk mencontek ataupun membuat cheat sheet ilegal

Pegawai bukannya fokus untuk mencari solusi, malah khawatir karena berbagai alasan sehingga tidak mengungkapkan pendapat kita yang sebetulnya bisa saja bisa menjadi solusi. (Avoiding)

Coba kita ingat kembali ketika kita masih kecil, kita paling anti sama yang namanya Khawatir ini, sebagai contoh :
  1. Kita ga khawatir ketika belajar berjalan akan berapa kali kita akan mengalami yang namanya jatuh.
  2. Setelah belajar berdiri, kita ga khawatir untuk mencoba berlari, walaupun konsekuensinya adalah jatuh (know the worst case scenario).
  3. kita ga khawatir untuk bertanya kepada orang tua kita, walaupun kita akan terlihat bodoh karena bertanya hal yang sama berulang-ulang.
Perasaan khawatir ini tentunya tidak berarti harus dihilangkan sama sekali, hal ini harus ada agar kita bisa mengantisipasi setiap kemungkinan yang akan muncul. Namun, jika kita tidak bisa menyelesaikan secara baik permasalahan tersebut, tentunya akan menjadi bumerang bagi diri kita.

Jadi, bagaimanakah cara untuk STOP WORRYING ini? ada 4 (empat) tahapan singkat yang saya dapatkan dari buku karangan Dale Carniegie, yaitu seorang pakar Leadership and Public Speaking; dengan judul How To Stop Worrying and Start Living :
  1. Tulis secara detail setiap hal yang membuat anda khawatir (Find The Worst Case Scenario)
  2. Tulis beberapa cara antisipasi yang bisa kita lakukan untuk menangani rasa khawatir tersebut (Try to accepted the worst case and find the way to handle it)
  3. Putuskan bentuk antisipasi yang akan anda lakukan (Decide what to do)
  4. Mulailah lakukan dengan segera antisipasi yang telah anda putuskan (Start right now)
Jika kita sudah mengetahui skenario terburuk dari apa kita khawatirkan, mulailah dengan menerima skenario terburuk tersebut dan cari solusi agar skenario terburuk tersebut bisa kita hadapi dengan baik.

Ada pepatah mengatakan "Jangan sampai satu hal tidak tersampaikan, kamu akan menyesal seumur hidup", dan satu lagi "Hadapi setiap masalah secara bijak walaupun itu adalah skenario terburuk".

So... Let's Stop Worrying...

Salam,
Bambang Warsuta